Batik Tubo | Ternate – Batik adalah salah satu identitas budaya yang paling terkenal dari Indonesia. Kain batik memiliki motif menarik dengan infusi nilai-nilai budaya dari etnis tertentu. Saat ini, batik tak hanya dimiliki oleh suku-suku di Pulau Jawa.
Dengan kemajuan teknologi tekstil, beberapa wilayah lain di Indonesia juga mampu membuat batik dengan karakteristiknya sendiri. Seperti di wilayah timur, ada Kota Ternate di Maluku Utara yang memiliki kerajinan tekstil unik dengan sebutan Batik Tubo.
Latar belakang Ternate sebagai kota yang sejak dahulu terkenal akan rempah-rempahnya turut memengaruhi corak Batik Tubo. Para perajin menggunakan rempah-rempah sebagai inspirasi dalam motif Batik Tubo. Hal ini disebabkan juga oleh kegiatan sehari-hari masyarakat yang banyak memiliki pekerjaan sebagai petani rempah. Dekorasi ini kemudian dibalut dengan ragam warna berani dan cerah, namun terlihat padu satu sama lain.
Asal-Usul Batik Tubo
Batik Ternate masih berumur sangat muda. Batik ini mulai dikembangkan oleh seorang pengusaha bernama Kustalani Syakir sejak 2009 silam–jadi umurnya baru sekitar 14 tahun saat artikel ini ditulis. Meski tergolong baru, batik dari Ternate memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan agar bisa menjadi ciri khas karya asli Ternate.
Untuk warna, mungkin, terinspirasi dari daerah lain. Namun, coraknya yang otentik hanya dimiliki Batik Ternate atau biasa juga disebut Batik Tubo. Nama Tubo digunakan Kustalani sebagai branding diambil dari nama salah satu kampung tertua di Ternate yaitu Kelurahan Tubo yang berada di bawah kaki Gunung Gamalama. Harapannya, nama Kampung Tubo bisa turut dikenal saat mereknya sudah besar nanti.
Nama Tubo digunakan Kustalani sebagai branding diambil dari nama salah satu kampung tertua di Ternate yaitu Kelurahan Tubo yang berada di bawah kaki Gunung Gamalama.
Kisah Batik Tubo berawal dari ide Kustalani yang ingin membuat karya tekstil asli Ternate yang dapat dijual dan menjadi sebuah ciri khas. Ia sampai belajar ke Jawa untuk mengetahui lebih dalam tentang teknik-teknik membatik, media, bahan dasar, dan motif-motifnya. Setelah beberapa bulan memperdalam ilmu di ranah batik, Kustalani pulang ke Ternate untuk menerapkan ide-idenya yang orisinal di atas kain.
Di awal karier menjadi pengusaha batik, Kustalani menemukan jika teknik paling cocok untuk diterapkan di Ternate adalah batik cap. Alasannya, seniman batik di daerahnya belum ada dan batik lukis memerlukan ketelitian serta jam terbang perajin pembuatnya. Di samping itu, keterbatasan sumber daya dan peralatan juga menjadi masalah yang dihadapinya setiap kali ingin membuat karya. Meski belakangan, Kustalani mulai membuat batik tulis dalam jumlah kecil dan melatih orang untuk belajar membuat batik tulis.
Usaha batik Kustalani dimulai dari produksi skala kecil rumahan. Ia memilih dengan cermat berbagai motif yang kiranya bisa mewakili keindahan dan keragaman Kota Ternate di mata dunia. Hingga kini, sudah ada sekitar 42 motif yang dihasilkan Kustalani, di antaranya, motif senjata khas Ternate, lumba-lumba, rempah-rempah seperti cengkeh dan pala, burung, hingga motif limau gapi. Semua corak tersebut dibuat menggunakan cap kayu maupun tembaga yang dipesannya langsung dari Jawa.
Cara Membuat Batik Tubo
Proses pembuatan Batik Tubo mengikuti tahapan-tahapan yang sama dengan proses pembuatan batik cap pada umumnya. Di workshop Kustalani, butuh waktu sekitar empat hari untuk menghasilkan kain Batik Tubo cap siap jual. Prosesnya dimulai dari membentangkan kain polos yang telah dipotong sesuai ukuran yang diminati. Dari sini, kain siap masuk ke proses cap dan pewarnaan.
Setelah motif dipilih, kain akan dicap dengan lilin malam secara teliti dan rapi. Kain yang sudah dicap lalu dibiarkan kering kemudian direndam dalam cairan khusus untuk menjaga warnanya agar meresap dan tahan lama. Setelah selesai, barulah kain dicelupkan ke warna dasar yang diinginkan. Proses pewarnaan dapat diulangi beberapa kali hingga mencapai warna yang diinginkan.
Setelah proses pewarnaan selesai, lilin akan dihilangkan dengan cara dibilas dan direbus hingga seluruh lilin malam terlepas dari motif. Barulah motif diberikan warna berbeda satu per satu sesuai keinginan. Selanjutnya, kain dilapisi dengan lilin khusus yang berfungsi untuk menjaga keawetan warna meski kain disimpan dalam waktu lama. Tahap terakhir adalah proses melipat dan pengemasan. Kain dijual dengan kisaran harga Rp100.000 hingga jutaan rupiah tergantung pada jenis kain, pewarna, serta ukurannya.
Kain dijual dengan kisaran harga Rp100.000 hingga jutaan rupiah tergantung pada jenis kain, pewarna, serta ukurannya.
Dengan upaya pelestarian dan pengenalan yang terus dilakukan, Batik Tubo diharapkan bisa tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang sebagai warisan budaya yang patut diapresiasi. (/ragambudaya.click)