Putri Junjung Buih | Cerita Rakyat – Di jantung Pulau Kalimantan, di mana hutan hijau membelai kaki gunung dan sungai-sungai mengalir penuh pesona, terdapatlah sebuah kerajaan yang megah bernama Amuntai. Di antara ornamen keindahan alam yang menyelimuti kerajaan ini, bertahtalah dua raja bersaudara, Patmaraga sang Raja Tua, dan adiknya Sukmaraga sang Raja Muda. Kedua penguasa ini, meski memiliki kasih sayang yang mendalam satu sama lain, duka menghampiri mereka: mereka belum dikaruniai keturunan.
Sukmaraga, dengan hasrat yang membara untuk memiliki anak, berdoa dengan sepenuh jiwa kepada para dewa. Ia memohon agar dikaruniai sepasang putra kembar, berharap kehadiran mereka akan membawa kebahagiaan ke dalam hidupnya. Dalam kesungguhan doa dan puja, para dewa akhirnya mengabulkan permohonan tersebut, dengan syarat Sukmaraga harus bertapa di sebuah pulau terpencil.
Di pulau itu, dalam kesunyian yang menenangkan dan udara yang penuh dengan aroma spiritual, Sukmaraga bertapa dengan tekun. Hingga suatu hari, sebuah wangsit turun dari langit, memberitahukan bahwa sang permaisuri harus memakan Burung Katsuba untuk mewujudkan keinginan mereka. Dan demikianlah, dalam rahim sang permaisuri berkembanglah kehidupan, hingga lahirlah sepasang bayi kembar yang sehat dan memesona.
Kabar gembira ini menyalakan api harapan di hati Patmaraga. Ia juga mendambakan seorang anak sebagai penyegar kebahagiaan di dalam istananya. Para dewa, dengan cara mereka yang penuh misteri, memenuhi permintaan Raja Tua, namun dengan cara yang berbeda.
Suatu hari, saat sang Raja Tua menyusuri tepi sungai, matanya tertumbuk pada sesuatu yang sangat mengejutkan: seorang bayi perempuan, terapung di atas gumpalan buih putih yang berkilauan seperti kristal di bawah sinar matahari. Bayi tersebut, yang kemudian dikenal sebagai Putri Junjung Buih, tampak bagaikan embun pagi yang menari di atas permukaan air.
Yang lebih menakjubkan, Putri Junjung Buih mampu berbicara dengan lembut dan meminta sebuah selembar kain dan sehelai selimut yang harus ditenun dalam waktu setengah hari. Dalam keraguan dan keheranan, Raja Tua mengumumkan sayembara: siapa pun yang dapat memenuhi permintaan ini akan diangkat menjadi pengasuh sang bayi.
Di antara banyaknya peserta sayembara, seorang wanita bernama Ratu Kuripan menonjol. Dengan keahlian menenunnya yang tiada tara dan kekuatan gaib yang dimilikinya, ia mampu memenuhi permintaan Putri Junjung Buih dengan sempurna.
Patmaraga, dengan rasa terima kasih dan kekaguman, menepati janjinya. Ratu Kuripan diangkat sebagai pengasuh Putri Junjung Buih, membimbing dan merawat sang putri hingga dewasa dengan kasih sayang dan kebijaksanaan yang mendalam.
Begitulah kisah yang melingkupi kerajaan Amuntai, di mana keajaiban dan takdir berjalin dengan indah, mengukir legenda yang abadi di hati rakyatnya.
One thought on “Putri Junjung Buih – Cerita Rakyat Kalimantan Selatan”