Benarkah Syiah Mempelopori Perayaan Maulid Nabi ?

maulid nabi

Beberapa sejarawan dan penulis menyebut Dinasti Fatimiyah di Mesir sebagai pelopor perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Mereka mengatakan bahwa perayaan Maulid pertama kali diadakan oleh Dinasti Fatimiyah, yang beraliran Syiah Ismailiyah, yang memerintah Mesir dari tahun 362 hingga 567 Hijriyah.

Peringatan Maulid pertama kali digelar di masa kepemimpinan Abu Tamim Al-Muiz Dinillah. Selain Maulid Nabi, mereka juga merayakan hari-hari lain seperti Asyura, Maulid Ali bin Abi Thalib, Maulid Hasan dan Husain, serta Maulid Fathimah binti Rasulullah.

Dalam bukunya “Pro dan Kontra Maulid Nabi,” AM Waskito menyebutkan bahwa perayaan Maulid Nabi sudah ada sejak ribuan tahun lalu di kalangan umat Islam. Namun, ada beberapa versi mengenai asal mula perayaan ini. Selain versi Dinasti Fatimiyah, ada yang menyebutkan bahwa Maulid pertama kali dirayakan oleh kalangan Sunni, seperti Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri dari Irbil, Irak, yang hidup antara tahun 549-630 Hijriyah.

Sultan Abu Said mengundang ulama, ahli tasawuf, ilmuwan, dan rakyatnya untuk merayakan Maulid dengan jamuan makanan, hadiah, dan sedekah kepada fakir miskin. Imam Jalaluddin As-Suyuthi juga mencatat bahwa Malik Al-Muzhaffar Abu Sa’id, penguasa Irbil, adalah pelopor peringatan Maulid ini dan membangun masjid Al-Jami’ Al-Muzhaffari di lereng Gunung Qasiyun.

Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, yang memerintah dari tahun 567-622 Hijriyah, adalah orang pertama yang menyelenggarakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dia melakukannya untuk membangkitkan semangat jihad saat Perang Salib dan merebut Yerusalem dari kerajaan Salibis.

Meskipun Dinasti Fatimiyah sudah runtuh saat Shalahuddin memerintah Mesir, tradisi yang ditinggalkan oleh Dinasti Fatimiyah tetap ada dalam kehidupan masyarakat Mesir. Shalahuddin tidak menghapus tradisi tersebut, melainkan mengadaptasikannya agar sesuai dengan pemerintahannya.

Shalahuddin Al-Ayyubi dan Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri memiliki hubungan kekerabatan, karena Shalahuddin menikahkan saudara perempuannya, Rabiah Khatun, dengan saudara laki-laki Malik Al-Muzhaffar. Melihat keberhasilan perayaan Maulid dalam membangkitkan semangat jihad, Malik Al-Muzhaffar mungkin ingin menerapkan perayaan ini di wilayahnya.

Hari ini, baik Sunni maupun Syiah di seluruh dunia merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW tanpa terlalu mempermasalahkan asal-usulnya. Mereka menganggap Nabi Muhammad SAW sebagai sosok agung yang layak dicintai dan dicontoh. Hanya beberapa minoritas kelompok Sunni yang menolak perayaan ini karena dianggap bid’ah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *